Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan atas alb

Indeks Berita

Yohanis Kiding dan Benang Biru Demokrat, Isyarat Baru di Panggung Politik?

| Senin, Juni 16, 2025 WITA |


Yohanis Kiding Pongsumben, pendiri Manggala Trans Grup.

TANA TORAJA, DUPLIKNEWS.COM -
Menjelang purna tugas sebagai anggota Korps Bhayangkara pada Juli 2025 mendatang, nama Yohanis Kiding Pongsumben kian diperbincangkan dalam pusaran politik Tana Toraja. 


Figur yang akrab disapa Kiding ini tak sekadar dikenal sebagai pendiri Manggala Trans Grup, namun juga sebagai suami dari Legislator Sulsel, Yuniana Mulyana dari Fraksi Partai Demokrat.


Kedekatan personal ini lantas memunculkan spekulasi kuat bahwa Yohanis Kiding akan diarahkan menuju Partai Demokrat. 


Kristian HP Lambe, kader senior sekaligus fungsionaris Demokrat Tana Toraja secara terbuka menyatakan harapan agar Kiding  "menyempurnakan benang biru" yang selama ini melekat dalam lingkar keluarganya.


"Beliau adalah figur berpengaruh di Toraja Barat, punya basis massa, punya jejaring luas. Wajar jika beberapa partai melirik. Tapi bagi kami di Demokrat, akan sangat ideal jika beliau melanjutkan langkahnya di sini, menyatukan benang biru yang sudah lama terjalin," ujar Kristian.


Namun peta politik tak sesederhana itu, beberapa partai besar seperti Gerindra, PSI dan Golkar juga dikabarkan membangun komunikasi intensif, bahkan dengan godaan tawaran posisi strategis. Ini menandakan bahwa Kiding memiliki daya tarik politis lintas partai, sebuah keistimewaan yang jarang dimiliki figur purna bhakti di Toraja.


Di sisi lain, Yohanis Kiding sendiri belum memberikan sikap resmi. Ia memilih menjaga fokus sebagai anggota aktif Ditlantas Polda Sulsel hingga masa pengabdiannya berakhir. Keengganan ini bisa dibaca sebagai strategi menahan diri sembari menakar momentum politik dan menimbang opsi terbaik pasca pensiun.


Pertanyaannya, apakah Demokrat akan benar-benar menjadi rumah politiknya? Secara elektoral, keputusan itu masuk akal, kedekatan keluarga, akses jaringan partai, serta relasi personal memberi kemudahan adaptasi di lingkungan Demokrat. 


Namun dari sisi politis, pilihan ini juga menyempitkan ruang manuver dan bisa membuatnya terkesan "turunan" politik, bukan pilihan pribadi.


Sebaliknya, jika Kiding memilih partai lain atau jalur independen sebagai pengusaha dan tokoh masyarakat, ia bisa membangun citra segar, lepas dari bayang-bayang keluarga politikus, serta mengukuhkan posisinya sebagai pemain baru di kancah politik Toraja.


Dalam perspektif politik lokal, kehadiran figur baru seperti Yohanis Kiding di gelanggang partai manapun akan memperkuat daya saing parpol di Tana Toraja, wilayah yang secara tradisional dikenal dengan dinamika politik yang cair dan kerap menentukan warna perwakilan di tingkat provinsi.


Apapun keputusannya, pilihan Yohanis Kiding akan memberi dampak signifikan bagi Demokrat yang ingin mempertahankan kekuatan di Dapil Toraja bagi partai lain yang mencari figur segar dan tentu bagi konstelasi Pilkada dan Pileg 2029 nanti.


Hingga saat ini, publik hanya bisa menunggu, akankah benang biru ini benar-benar disulam ke dalam arena politik? Atau Kiding justru memilih merenda jalannya sendiri di luar peta kekuatan lama?


Satu hal pasti, peta politik Tana Toraja pasca 2025 akan berubah. Tinggal siapa yang lebih cermat membaca arah angin. 


(Albert Agus)

×
Berita Terbaru Update